BOMBANANEWS.COM-Pimpinan Bombana berganti. Nakhoda kabupaten yang kini berusia 20 tahun itu sekarang dipegang Edy Suharmanto. Sebelumnya Ir H Burhanuddin MSi meninggalkan banyak legacy di sana.
Opini publik menggambarkan bagaimana tangan dingin Burhanuddin mampu mengubah Bombana lebih maju hanya dalam 15 bulan. Bahkan masih banyak impian Burhanuddin di sana, namun dia keburu diganti.
Di akhir jabatannya ada saja yang dia wujudkan. Di alun-alun depan masjid Raya Kasipute, sebuah ornamen cahaya lampu warna-warni membentuk animasi kalimat pesan: Jangan Lupa Bahagia.
Kalimat itu sangat melekat sekali pada diri Burhanuddin dan istri, Hj Fatmawati Kasim Marewa. Kedua figur inilah yang menjadikan kalimat itu sebagai ikon yang banyak dinarasikan warga Bombana.
Ornamen cahaya lampu itu seperti memberi pesan simbolik. Cahaya dengan efek running teks yang dipancarkan seperti ingin mengatakan di tangan Burhanuddin Kasipute kini lebih berwarna. Indah.
Banyak video yang menyorot karya Burhanuddin tersebut. Video itu kemudian diviralkan masyarakat melalui grup-grup WA dengan menambahkan foto dan caption: “Karya Burhanuddin”.
Lampu ornamen besar itu kini menjadi perhatian masyarakat Kasipute. Jelas, itu buah tangan Burhanuddin yang baru dinikmati warga beberapa pekan setelah diganti.
Namun tak hanya itu, banyak hasil kerja mantan Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Sultra itu yang ditinggalkan. Ada pula program yang sudah dianggarkan namun diganti.
Burhanuddin memimpin dengan tulus ihlas. Datang atas penugasan presiden. Sebagai ASN dia tegak lurus dengan siapapun atasannya. Rumah jabatan terbuka untuk umum. Katanya ini bukan rumah jabatan, tapi rumah rakyat.
Masyarakat yang ingin menyampaikan keluhan, pengaduan, aspirasi, dan lainnya silakan ke rumah jabatan. Itu jika tidak bertemu di kantor. Hampir tiap hari dan tiap malam Rujab bupati tidak pernah sepi didatangi warga.
Kantor bupati bagi Burhanuddin adalah simbol eksistensial hadirnya negara. Tapi esensi dari pemerintahan adalah melayani, mendatangi, berbaur dan menerima keluh kesah rakyat. Rakyat tak hanya objek, tapi juga subjek pembangunan.
Karenanya Burhanuddin banyak turun ke bawah. Desa-desa yang jarang dijangkau pejabat didatanginya. Desa Lengora Pantai di Kabaena dan Desa Boeasing di Poleang Selatan yang tak pernah didatangi oleh bupati siapapun sudah dijamahnya.
Menata Kota Memberdayakan Desa adalah program terintegrasi Burhanuddin. Kota ditata agar lebih indah dan bersih sudah dilakukan. Gaji petugas kebersihan pun sudah dinaikkan. Pemenuhan kebutuhan transportasi kota diadakan, lengkap dengan traffict lightnya.
Kemudian desa dibuatkan program turunan dengan nama One Village One Product. Satu desa satu produk. Untuk ketahanan pangan, ada program satu OPD satu hektar tanam pangan.
Program penurunan prevalensi stunting juga digenjot lewat Tim Penggerak PKK Bombana. Gerakan Masakan Dapur Sehat Atasi Stunting atau “Gerobak Dashat” mampu menekan angka stunting. Apalagi ada program bapak dan ibu asuh anak stunting.
Inflasi Bombana dapat dikendalikan dengan langkah-langkah efektif melalui operasi pasar, bantuan pemasaran, transportasi, membantu UMKM, dan ketahanan pangan.
Pengendalian inflasi Bombana mendapat apresisiasi dari Presiden dan diundang ke Istana negara menerima award nominasi dari Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP). Di Sultra, Bombana diusulkan menjadi raw model pengendalian inflasi.
Bombana berubah karena program yang berorientasi kesejahteraan. Pendekatan Burhanuddin bukanlah pendekatan proyek. Tapi pendekatan yang berbasis sosial, namun jauh dari interest politik.
Sayangnya, politik membuat dia harus dihentikan. Burhanuddin seperti menjadi ancaman oleh ambisi pihak lain. Perubahan konfigurasi dan dinamika politik menjadikan Pj dengan karya yang lari kencang itu harus berakhir 15 bulan.
Padahal, banyak mimpi mantan Pj Bupati Konawe Kepulauan itu yang belum diwujudkannya. Di Poleang misalnya akan dibenahinya seperti halnya di Pulau Kabaena (listrik 24 jam).
Dia sengaja menempatkan acara puncak HUT 20 Bombana di Boepinang sebagai titik anjak membenahi Poleang. Tak cukup kalau hanya memasang 60-an titik lampu penerangan, tapi juga infrastruktur jalan.
Rencana itu masih ada di kepala Burhanuddin. Dia seperti memiliki timeline panjang di Bombana. Yang belum kesampaian akan dilanjutkan. Karena mimpi dan ketulusannya menghadirkan kesejahteraan di Bombana tidak pernah berhenti.
Manajemen pemerintahannya juga cukup apik. Dia menjauhkan program-programnya dari tendensi politik, meski kadang dirinya dicurigai berorientasi politik. Prinsipnya ketika seseorang berpolitik maka langkah-langkahnya terbelenggu oleh kepentingan kekuasaannya.
Kepentingan kekuasaan dapat memanfaatkan birokrasi, dengan menempatkan kaki tangan pada posisi-posisi penting yang menguntungkan. Burhanuddin tidak melakukan itu. Juga tidak merotasi aparatnya untuk kepentingannya.
Nyatanya selama 1 tahun 3 bulan memimpin Bombana, mantan Kepala Dinas ESDM Sultra ini nyaris tidak melakukan mutasi.
Orang-orang lama di semua OPD dipertahankan. Yang mbalelo tidak disanksi. Yang tak loyal pun dibiarkan saja. Tak masalah jika ada yang tegak lurus ke pihak yang memberinya jabatan. Namun dia tahu siapa yang bermain.
Burhanuddin ingin menunjukkan totalitasnya kapada kepentingan masyarakat Bombana. Bukan kepentingan politik. Itu dibuktikan dengan banyaknya program-program kemasyarakatan dan infrastruktur yang terbangun.
Kepala Dinas Sosial Provinsi Sultra ini mendapat apresiasi tinggi. Namanya melekat di hati masyarakat, terutama di Pulau Kabaena. Kepergiannya ditangisi disertai doa dapat melanjutkan kinerja yang terputus, dengan kembali memimpin Bombana..
Penulis. : Syahrir Lantoni
Mantan Staf Ahli Pemda Bombana
Telah Terbit dilaman Tenggaranews